Page Nav

HIDE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Top Ad

//

Breaking News:

latest

Bottlesmoker Bahas Ritual Halusinogen di Single Baru Berjudul Entheogen (Storm)

SETELAH merilis single pertamanya berjudul Tortuga II pada Oktober 2022 lalu, Bottlesmoker kembali dengan single kedua berjudul ...

SETELAH merilis single pertamanya berjudul Tortuga II pada Oktober 2022 lalu, Bottlesmoker kembali dengan single kedua berjudul Entheogen (Storm). Single kedua ini menjadi lagu yang lebih menguatkan bagaimana musik di album ke-6 berjudul Puraka ini akan terdengar.

Entheogen (Storm) ditulis tahun 2019 setelah Angkuy menonton 'The Nepalese Honey That Makes People Hallucinate, dan Nobie melanjutkan riset tentang hallucinogen dan hubungannya dengan kebudayaan. Akhirnya mereka menemukan buku 'Entheogens and the Future of Religion' karya Albert Hofmann yang menceritakan tentang psychedelic plants and drugs in religion and society.

Angkuy & Nobie terpukau dengan praktek budaya peradaban dulu yang memanfaatkan sumber daya alam untuk berbagai macam kebutuhan termasuk ritual dengan Sang Pencipta. Tanaman halusinogen menjadi medium dan semacam 'gerbang' menuju spiritual dan terhubung dengan semesta, bahkan bisa menjadi obat untuk berbagai penyakit.

Entheogen (Storm) menjadi medium bagi Bottlesmoker untuk mengingatkan kembali bahwa tidak perlu ada dekriminalisasi terhadap alam, dan tanaman halusinogen memiliki peran penting dalam kehidupan. Single ini dirilis oleh Narumi Records, label yang dikelola oleh Bottlesmoker sendiri.

Beberapa orang juga berperan dalam lagu ini, seperti Dissa Kamajaya sebagai produser dan Kiivv sebagai co-produser. Untuk proses perekaman sendiri dilakukan di Timur Recording Studio yang tidak lain milik Parakuat. Secara musikalitas, lagu ini masih bernuansa seperti di album ke 4, Parakosmos dan masih terdengar ada pola permainan beat tribal khas perkusi Indonesia Timur dengan chanting dari ritual-ritual yang menjadi salah satu gagasan eksplorasinya.

Entheogen (Storm) lagu yang sangat penting di Album Puraka nanti. Dia menjadi nyawa utama, baik secara musik dan juga pesan," kata Angkuy.

Nobie menjelaskan, meski lagu ini menjadi lagu yang paling pendek tapi untuk proses penulisannya paling panjang, khususnya pada bagian riset. Lagu yang sudah menjadi trigger untuk banyak hal dalam penulisan lagu berikutnya. Entheogen diambil dari nama zat psikoaktif yang hanya ada di tanaman enteogenik seperti kaktus peyote, jamur psilocybe, bunga brugmansia, daun ayahuasca dan lain-lain.

Tanaman tersebut yang menginduksi perubahan dalam persepsi, suasana hati, kesadaran, kognisi, atau perilaku untuk tujuan melahirkan perkembangan spiritual dalam konteks sakral. Studi antropologi telah menetapkan bahwa entheogen digunakan untuk tujuan religius, magis, perdukunan, atau spiritual dibanyak bagian dunia.