Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Breaking News

latest

Mighfar Suganda Berusaha Keluar Dari Zona Nyaman di Mini Album Dance on Fire | Drown in Eyes

SEBULAN usai merilis Dead Soul in a Living Body, Mighfar Suganda akhirnya hadirkan mini album Dance on Fire | Drown in Eyes pada 18 Agustus ...


SEBULAN usai merilis Dead Soul in a Living Body, Mighfar Suganda akhirnya hadirkan mini album Dance on Fire | Drown in Eyes pada 18 Agustus 2022. Mini album tersebut juga sebuah penutup album pertama trilogi 'Meanor' yang akan rilis September mendatang.

Sejarah panjang diceritakan Mighfar Suganda atas lagu tersebut, dimana pertama diciptakan sejak 2015 lalu hanya sebuah intro gitar sederhana namun ditolak bandnya saat itu. Lalu menemukan lirik dari sebuah cerita nyata pada 2018 dan merekam demo pada 2019, produksi dengan alat seadanya dan merilisnya secara mandiri.

Proses serius pun dimulai pada tahun 2021 setelah explorasi musik synthesizer, ambience, piano, dan strings. Mighfar Suganda berhasil merekam semua instrumen dan aransemen final pada Juni 2021.

Kala itu saya coba menemukan sound engineer yang tepat untuk proses akhir mixing-mastering. Tapi karena suatu kesalahan yang tidak diprediksi, revisi yang molor hingga Oktober 2021 lagu belum juga selesai dengan hasil yang tidak maksimal," katanya.

Karena hal tersebut, lanjut dia untuk proses mixing-mastering dikerjakan sendiri  dan akhirnya berhasil menyelesaikan lagu ini dan puas dengan hasilnya.

Dance on Fire sebenarnya adalah mengambil plot cerita sebelum lagu N for Nothin’, problem quarter life crisis saat seseorang masih punya ambisi dan impian setinggi-tingginya. Berusaha keluar dari zona nyaman, mencari tantangan, dan melawan ketakutan.

Istilah dari Dance on Fire adalah menari diatas api yang artinya menikmati penderitaan, menikmati tantangan sulit kehidupan. Lagu ini berfokus pada perspektif seseorang yang sedang asik-asiknya berjuang dan bahkan tidak menyadari bahwa dia terluka sedalam itu, terus berjuang dan kadang dimanfaatkan orang lain.

Namun orang ini tetap bekerja keras menikmati setiap proses dan perjuangannya. Terinspirasi dari perjuangan seseorang yang memperjuangkan hubungan dan meminta kekasihnya untuk tetap tinggal, bahkan disaat dia sudah ditinggalkan dan juga effort yang terlalu keras yang akhirnya terkesan memaksakan diri untuk mengejar impian dan sesuatu yang diinginkan.

Dengan gabungan piano dan ketukan drum perkusi seperti disko yang mengajak pendengar untuk berjoget ria namun dengan suasana cukup sendu dan gelap karena pengambilan chord dan nada minor yang kental dengan fingerstyle guitar delay yang menusuk hati, dan diakhiri dengan strings dan drum yang ditambah dengan tepuk tangan, sebuah part lagu untuk bernyanyi bersama.

Semua proses produksi Dance on Fire mulai dari dari take vocal, gitar, synthesizer, strings, ambience, sampai mixing mastering semuanya dilakukan mandiri oleh Mighfar Suganda di rumahnya, kecuali satu instrument yaitu bass, dibantu oleh Yosan Aponno, additional bassist yang selalu setia dan support kemanapun Mighfar Suganda manggung, yang juga bassist dari band Redwine.

Uniknya mini album ini berisikan 2 track yang punya vibes berkebalikan dan kontras, berdurasi cukup panjang yaitu 11 menit 10 detik. Album ini bisa dikatakan medley dari lagu-lagu seperti Metadeathverse, Dance on Fire, dan Drown Eyes, namun memberikan atmosfer lain dan versi alternatif apabila semua lagu digabungkan dan punya urutan cerita lengkap dan baru.