Page Nav

HIDE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Top Ad

//

Breaking News:

latest

Dua Single Dihadirkan Vox Mortis Sebagai Propaganda Kesejahteraan Hewan

  DUA single bertajuk Primata Durjana dan Forever No To Dog Meat dihadirkan oleh unit death metal tanah air, Vox Mortis yang dibidani oleh R...

 


DUA single bertajuk Primata Durjana dan Forever No To Dog Meat dihadirkan oleh unit death metal tanah air, Vox Mortis yang dibidani oleh Rsharsh Leonard di Tonebetter Soundlab. Kedua single tersebut sudah dapat dinikmati disemua platform digital yang ada terhitung Rabu (9/9/2020) lalu.

Kedua lagu tersebut juga rencananya akan ada didalam album yang saat ini masih dalam proses pengerjaan. Yang paling istimewa dari Vox Mortis yakni akan terus melakukan agitasi dan propaganda untuk kesejahteraan hewan selama hal tersebut diperlukan.

Band yang dibentuk oleh musisi dari beragam latar disiplin yakni Doni Herdaru Tona (Funeral Inception), Achmad Mustaid (Vomitology) serta Donirro (Last Blood), Vox Mortis memiliki urgensi dalam menyuarakan kesejahteraan hewan domestik di bawah panji musik ekstrem.

"Kami fokus pada dua hewan domestik yang paling tidak mendapatkan perlindungan yakni anjing dan kucing. Anda pasti setuju jika perjuangan tidak melulu soal perang, pula melalui diskusi dan diplomasi," kata Doni melalui press release yang diterima acarakita.web.id, Rabu (9/9/2020) malam.

Ia menambahkan, pihaknya juga siap untuk bertumpah darah, sisi diplomasi juga tidak dikesampingkan. Vox Mortis, menurut dia adalah pengejawantahan dua sisi itu. Dengan menghadirkan performa death metal dengan corak musik progresif, pukulan blastbeat yang intens, serta vokal growl yang meledak.

Liriknya bertema keresahan berbalut ironi yang dikumandangkan dengan penuh murka. Komposisi lagunya dibuat segenerik mungkin dengan menyisipkan elemen maupun efek pendukung untuk menghasilkan atmosfer yang epik. Ia menilai cara kerja musik sebagai bahasa universal dalam merepresentasikan ide atau gagasan, pula diamini grup pendatang baru Vox Mortis dalam upaya mengejawantahkan karya mereka sebagai media propaganda.