SEMPAT absen karena erupsi Gunung Merapi dan terdampak pandemi covid-19, gelaran Solo City Jazz akhirnya kembali terselenggara pada Sabtu (2...
SEMPAT absen karena erupsi Gunung Merapi dan terdampak pandemi covid-19, gelaran Solo City Jazz akhirnya kembali terselenggara pada Sabtu (27/9/2025) di Pamedan Pura Mangkunegara, Solo. Diadakannya Solo City Jazz kali ini semakin menunjukan keberadaan Solo sebagai kota yang jazzy berkat jerih payah C-Pro sebagai pihak penyelenggara.
CEO C-Pro, Wenny Purwan menyebutkan, bahwa sejak 2009 saat pertama diadakan hingga 2025 kali ini Solo City Jazz ada berkat dukungan dan perhatian pemerintah Kota Solo, selain itu juga para pihak sponsor yang telah memberi support atas terselenggaranya festival ini.
Karena merekalah Solo City Jazz bisa terselenggara dengan jauh lebih baik, selain itu juga para talent yang sudah tampil dari sore sampai malam," kata Wenny.
Menjelang matahari meredup, berlahan tapi pasti suasana udara semakin bersahabat menyertai band tuan rumah, Utara Band untuk membuka acara. Penampilan dari band yang tengah come back usai beberapa waktu vakum turut mengundang penonton mulai memadati area panggung.
Utara Band membukanya dengan Ruang Lain, Lelah Langkahku, dan Hujan di Hatiku yang menjadikan pembukaan semakin epik, yang tampah dari beberapa komposisi yang mereka mainkan.
Melanjutkan performa selanjutnya, Aditya Ong yang membawa quartetnya dengan diawali lagu Love Live and Hope dilanjutkan dengan East West CNY Night, Think Re-Think, Ac On, dan ditutup lewat 44 The Begingging The Enlightenment.
Penampilan Aditya Ong ternyata tidak berhenti disitu, karena ia juga mendapat tugas untuk mengawal Sandhy Sondoro yang tampil usai break maghrib dan Isya dengan dibuka oleh lagu Anak Jalanan yang dilanjutkan dengan Dariku Untukmu, In The Heat of the Bali Sun, You're The Inspiration, dan End of the Rainbow.
Penampilan dari Sandhy Sondoro mulai membawa penonton mengikuti ritme, apalagi saat ia membawakan Tak Pernah Padam, Superstar, dan ditutup dengan Malam Biru yang menandai berakhirnya penampilan sang artis.
Local Heros kembali ditunjukan oleh penampilan Pung n Friends, yang disela penampilannya juga mengiringi wakil walikota Solo, Astrid Widayani lewat lagu Don't Know Why yang dipopilerkan oleh Norah Jones. Selain penampilan Pung n Friends, juga ada performa istimewa dari Pilipe yang merupakan komunitas jazz pinggir Kali Pepe yang dipimpin pianis Sukat Puspaningrat.
Penyanyi legendaris, Margie Segers pun turut andil dalam hajatan jazz kota Solo ini dengan beberapa nomor cantik seperti Fly Me To The Moon, Kesepian, Story My Monday, Semua Bisa Bilang, dan ditutup dengan Kata Hati.
Malam semakin menghangat dan elu-elu penonton memecah ketika Float tampak mengisi panggung. Kelompok pop-rock yang cukup panas dengan jumlah fans fanatik ini berhasil memanaskan suasana, apalagi saat suara tebal yang khas Hotma Roni Simamorang membangkitkan gairah para penonton yang semakin menikmati penampilan Float.
Grup yang merilis debut album No Dream Land pada 2005 ini hadir dengan menambah variasi sajian musik di Solo City Jazz 2025 dengan hidangan yang tersaji menjadi warna-warni. Float seolah 'membuka jalan lebih lebar dan lapang' bagi kelompok musik yang menutup acara, Efek Rumah Kaca yang didapuk sebagai pamungkas acara.
Sudah terasa dan terlihat sebagian penonton menandakan dengan penuh kesabaran akan penampilan Efek Rumah Kaca kali ini. Sebagai salah satu kelompok musik indie terdepan, menjadikan penyempurna kegairahan berbalut kegembiraan di pagelaran Solo City Jazz 2025.
Cholil Mahmud bak memenuhi areal venue Solo City Jazz 2025 dengan lagu bernuansa noise cukup tebal, dengan tebaran aksentuasu pop rock sedikit blues dan jazz membantu para penikmatnya menjadi seolah mengawang-awang.
Beberapa lagu dalam debut album Self Titled yang dirilis 2007 memberi suasana berbeda tapi menghangatkan suasana dengan sedikit suasana Smashing Pumpkins atau The Smith tapi dengan konotasi ballad menjadikan lagu-lagunya penuh asupan gizi yang menyehatkan telinga hingga jantung pada pendengarnya.
Beberapa lagu seperti Kamar Gelap, Rahim Ibu, Putih, Lagu Kesepian, hingga Desember membuat penonton seperti ke dimensi berbeda. Kehadiran lagu lain seperti Di Udara, Balerina, Kau dan Aku, dan ditutup dengan Cinta Melulu menjadi klimaks terbaik 'jazz' nya Efek Rumah Kaca bisa disebut cukup sempurna menutup Solo City Jazz 2025.